Minggu, 27 April 2008

GAGAL DALAM BERSIAP berarti BERSIAP UNTUK GAGAL

GAGAL DALAM BERSIAP BERARTI BERSIAP UNTUK GAGAL
(Fungsi Perencanaan dalam Organisasi dan Kepemimpinan)

BERSIAP-SIAPLAH
“Gagal dalam bersiap berarti bersiap untuk gagal” (John Wooden)
Para pemimpin yang handal sepenuhnya menyadari kenyataan bahwa sukses bukanlah soal hasrat, melainkan hasil dari persiapan dan kerja keras. Pada hampir setiap usaha manusia, semakin dipersiapkan dan semakin besar usaha yang dilakukan, akan semakin besar kemungkinan untuk sukses.
Persiapan memainkan peran yang berarti dalam atletik. Misalnya, tidak ada aspek kepemimpinan yang diberikan oleh seorang pelatih, maka kinerja mereka memiliki pengaruh yang lebih besar atau lebih kekal daripada metodologi yang digunakan pelatih. Pada intinya persiapan yang terperinci adalah memaksimalkan pengulangan-pengulangan yang berarti.
Carl von Clausewitz, ahli strategi militer abad kesembilan belas mencatat, “Kebiasaan memberi kekuatan pada tubuh (berlatih), akan memberi kekuatan pada pikiran dalam menghadapi bahaya besar, dan memberi kekuatan pada pertimbangan terhadap kesan pertama.” Menjaga rutinitas dan tingkat persiapan tertentu memberikan rasa terstruktur dan aman.
Seorang pilot penguji sering berbicara mengenai menjaga rutinitas yang tetap untuk memastikan bahwa tidak “melewatkan satu langkah” pada saat yang menegangkan. Ia sering berkata bahwa hidup dengan struktur yang terencana dengan baik dan tetap adalah kesempatan terbesar untuk bertahan.
Denny Green menyatakan: “Rencanakan pekerjaan anda, kemudian kerjakan rencana anda.” Dalam contoh ini, kuncinya adalah memiliki rencana dan struktur yang tepat serta keberanian untuk tetap pada pendirian ketika orang lain meragukannya.
Pengaruh persiapan pada prestasi sebuah organisasi dapat dipahami dengan lebih mudah ketika tingkat kesuksesan yang dicapai tim-tim Liga Sepak Bola kita pelajari. Dalam keyataan, beberapa tim secara konsisten lebih sukses daripada tim-tim lain. Pertanyaannya adalah mengapa beberapa tim secara konsisten memenangkan lebih banyak pertandingan daripada tim-tim yang lain? Mujur? Mungkin. Kepemimpinan? Pasti. Persiapan? Tentu saja.
Dalam bukunya The Road Ahead (Jalan di Depan), Bill Gates mendefinisikan informasi sebagai “mengurangi ketidakpastian.” Ini deskripsi sederhana namun mengesankan dari intisari pembelajaran. Dengan menerapkan pendekatan ini, para pelatih dapat “mengurangi tingkat ketidakpastian” yang mungkin dihadapi dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka.
Elemen-elemen kunci proses persiapan (pelatihan) adalah: (1) Yakin bahwa informasi yang anda berikan terukur dan mengurangi ketidakpastian atau keraguan. Jika tidak, itu berarti hanyalah informasi yang tidak dibutuhkan atau telah diungkapkan dengan cara yang tidak efektif.; (2) Menuntut konsentrasi. Tegaslah, sehingga mereka fokus pada tugas yang diberikan; (3) Jadilah seorang yang pasti, mendekati pada titik kecermatan ilmiah; (4) Sensitiflah pada tanda-tanda kelelahan fisik, sebuah situasi yang secara drastis mempengaruhi kurva pembelajaran; (5) Jagalah waktu-waktu pertemuan berorientasi kualitas dan berusaha untuk mengubah atmosfir pembelajaran; (6) Secara konstan mengawasi tingkat-tingkat ingatan dari pebelajar.
Kesuksesan seorang pemimpin dipengaruhi oleh apakah pemimpin tersebut memiliki visi yang sesuai dan sumber daya serta kecakapan untuk memastikan bahwa visi tersebut menjadi kenyataan. Pemimpin harus mengusahakan kesempatan terbesar untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses dengan bersiap-siap untuk menghadapi detail-detail, lingkungan, dan tantangan yang mungkin mempengaruhi keefektifannya sebagai seorang pemimpin. Persiapan semacam itu melibatkan pemikiran ke depan dan perencanaan yang sungguh-sungguh.
Bersiap memerlukan komitmen, perspektif, dan tindakan. Yang terpenting, yang harus dimiliki adalah ketetapan hati yang kuat untuk bersiap dan kemauan untuk mencurahkan usaha apa saja yang mungkin dibutuhkan untuk hal itu. “Bear” Briant, pelatih terkenal Alabama Crimson Tide, pernah berkata pada para pemainnya bahwa sikapnya tidak pernah berubah bahwa “Jika bermain itu berarti, maka berarti juga untuk membayar sebuah harga.” Paling sedikit, harga untuk memiliki persiapan adalah bekerja…kerja keras.
Persiapan yang memadai menuntut gagasan yang jelas mengenai tujuan (jangka pendek dan jangka panjang) yang dipegang untuk diri sendiri dan untuk organisasi. Selanjutnya memiliki kemampuan untuk memprioritaskan waktu, energi, dan sumber-sumber daya yang ada untuk tujuan tertentu. Sebagai tambahan, harus pula dimiliki tinjauan ke masa depan untuk menyadari bahwa kejadian-kejadian yang tak terduga akan muncul yang mengharuskan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan yang diperlukan. Akhirnya, anda harus memiliki sebuah rencana strategis untuk mempersiapkan diri.

A. MENGEMBANGKAN SEBUAH RENCANA
“Prestasi yang spektakuler selalu didahului dengan persiapan yang tidak spektakuler”
(Roger Staubach)
Pada sebuah titik tertentu, dapat dengan relatif mudah memiliki sebuah rencana. Kesulitannya terletak pada detail yang terlibat dalam mengembangkan rencana yang matang. Tetapi ingatlah bahwa bagaimanapun baiknya sebuah rencana, itu hanyalah sebuah rencana kecuali jika rencana tersebut membawa pada tindakan. Seperti yang digolongkan oleh seorang ahli teori manajemen terkemuka, Peter F. Drucker dalam bukunya Management: Task, Responsibilities, Practices, rencana yang “berbicara mengenai tindakan besok adalah mimpi-mimpi, jika tidak berpura-pura untuk tanpa pemikiran, tanpa perencanaan, tanpa tindakan.”
Supaya menjadi lebih siap, harus dikembangkan sebuah rencana tindakan. Rencana strategis ini harus mengidentifikasi aspek atau elemen apa saja dalam hidup yang perlu dialamatkan (dalam hal persiapan) dan bagaimana melakukan pendekatan pada setiap komponen.
Dilema yang mungkin timbul sebagai seorang pemimpin berkisar pada kenyataan bahwa kita seringkali memiliki keberagaman tujuan yang terhubung dengan posisi kita. Kendati jarang yang sama, tujuan adalah sesuatu yang unik. Beberapa melibatkan kerangka waktu yang berbeda. Beberapa menuntut lebih banyak sumberdaya. Beberapa di antaranya jelas lebih penting untuk mencapai visi organisasi. Hal itu adalah tanggungjawab seorang pemimpin untuk memprioritaskan bagaimana yang terbaik menggunakan waktu, energi, dan sumber daya material agar siap melaksanakan tugas dengan benar.
Praktisnya, cara menentukan prioritas pada alokasi sumberdaya adalah mengembangkan daftar prioritas secara tertulis, seperti: (1) Mendaftar semua aspek tanggungjawab yang ingin untuk lebih bersiap; (2) Mengidentifikasi kesempatan yang lebih siap untuk setiap hal dalam daftar dan menetapkan bentuk pengembangan yang mungkin diperlukan; (3) Menentukan sumber daya yang diperlukan untuk mengubah kesempatan tersebut menjadi sebuah kenyataan; (4) Menilai kemungkinan pencapaian pengembangan yang sesungguhnya dengan detail pada langkah sebelumnya; (5) Memperkirakan kemungkinan apa yang akan terjadi jika fokus pada satu bidang perhatian tertentu; (6) Secara tepat, diskusikan daftar yang tersusun dengan orang lain di dalam maupun di luar organisasi; (7) Menghapus bidang perhatian yang tidak dapat dikerjakan atau tidak sesuai dan prioritaskan sisanya.
Ingatlah bahwa beberapa bidang perhatian mungkin akhirnya dihilangkan dari daftar karena prioritas yang rendah atau pemilihan waktu yang tidak tepat. Tetapi jangan lupa bahwa ketika ditinjau secara berkala, prioritas mungkin dapat berubah.
Menetapkan apa yang sesungguhnya perlu dilakukan hanyalah langkah awal. Langkah berikutnya adalah menentukan bagaimana mencapai tujuan. Serupa dengan daftar prioritas, rencana untuk memerinci persiapan harus bijaksana, menyeluruh, realistis, bermanfaat, dan tertulis. Lebih dari sekedar pengingat fisik, perlunya membuat daftar prioritas dapat menjelaskan proses yang didokumentasikan.
Aspek penting lain dari usaha sebuah organisasi untuk bersiap berpusat pada kebutuhan untuk mengalokasikan cukup logistik dan dukungan. Pemimpin militer mana saja akan mengatakan bahwa jika perlengkapan pendukung dari sebuah pasukan macet, akan menghentikan rangkaian seluruh operasi militer. Jika pasukan anda tidak diberi makan dengan layak, mesin-mesin anda tidak dirawat dengan baik, dan saluran komunikasi anda tetap terbuka, kesempatan sukses anda kecil. Seperti kata pepatah, “kemalangan itu terperinci.” Inti yang harus diingat adalah bahwa jenis pekerjaan ‘di belakang layar’ biasanya tidak banyak mendapat perhatian, pekerjaan tersebut sangat penting bagi pencapaian sukses organisasi yang ingin diraih.

B. MELAKSANAKAN RENCANA
“Salah satu saat paling menyakitkan dalam hidup datang ketika kita harus mengakui bahwa kita tidak mengerjakan pekerjaan rumah kita, bahwa kita tidak siap.”
(Merlin Olsen)
Dalam mengembangkan rencana strategis untuk meningkatkan level persiapan, kita harus melakukan cek silang dan menyetujui kriteria yang kita anggap sesuai dengan keadaan yang kita inginkan. Melaksanakan rencana adalah termasuk mengembangkan jadwal yang rinci untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pengalaman dalam hal ini adalah “lakukan dengan benar dan lakukan sekarang juga.” Mulailah melaksanakan rencana sesegera mungkin dengan mempertimbangkan sumber daya (jika ada) yang dimiliki.
Berikan perhatian pada detail-detail dalam perencanaan. Tidak ada detail yang tidak penting. Beberapa detail mungkin lebih penting daripada yang lain, semuanya penting. Alasan mengapa beberapa pemimpin lebih efektif daripada yang lain adalah kemampuan lebih mereka untuk fokus pada detail-detail yang penting.
Melaksanakan rencana adalah melaksanakan tanggungjawab untuk menetapkan sebuah struktur organisasi yang dapat menyesuaikan diri untuk memastikan bahwa usaha-usaha tersebut sukses. Menciptakan sebuah organisasi yang produktif untuk mengerjakan suatu tugas tertentu tidaklah mudah. Politik dapat terlibat. Pertentangan pada alokasi sumber daya dapat muncul. Para pengikut mungkin memiliki perspektif yang berbeda dengan pimpinan. Harapan-harapan dari organisasi mungkin berubah.
Jika orang lain dalam organisasi memiliki sebuah peranan dalam usaha, maka tugas pimpinan adalah memilih orang yang dibutuhkan untuk membantu dengan mencocokkan kecakapan perorangan sesuai tugas tertentu dalam organisasi. Jika pelatihan khusus akan memberi sumbangan pada kemampuan kinerja mereka dalam menjalankan tugas mereka dan hal itu merupakan pilihan yang mungkin dilakukan, pimpinan harus mengaturnya. Yang paling penting untuk diingat dalam contoh ini adalah bahwa komunikasi, koordinasi, dan kerja sama akan meningkatkan kemungkinan rencana akan terlaksana dengan sukses.
Situasi dalam organisasi dimanapun tentu saja tidak jauh berbeda. Pemimpin harus secara konstan mencoba menggunakan dan memaksimalkan bakat-bakat yang ada pada tim dalam organisasi. Tingkat keahlian yang sama sangat jarang ditemukan dalam sebuah gabungan staf, dan akan sangat bodoh jika tidak memaksimalkan masukan/usulan mereka. Dengan usaha dan waktu yang digunakan untuk meganalisa “situasi yang ditugaskan” pada mereka, “ketua tim” ini berperan sebagai sumber utama dalam menentukan tindakan terbaik untuk keadaan yang ada karena dapat dianggap bahwa ia telah meneliti keadaan dengan lebih detail daripada orang lain.

C. RENCANA DARURAT
“Waktu untuk memperbaiki atap adalah ketika matahari sedang bersinar.”
(John F. Kennedy)
Adalah kenyataan dalam hidup ini bahwa segala sesuatu tidak selalu terjadi sesuai dengan rencana. Sebagaimana pepatah Amerika yang sering dikutip, “Satu-satunya hal yang pasti tentang kepastian adalah ketidak pastian.” Persiapan sering melibatkan keputusan yang berdasarkan pada dugaan-dugaan yang diramalkan di masa depan. Pada kenyataannya, dugaan semacam itu mungkin berdasarkan seperangkat lingkungan yang mungkin atau tidak mungkin muncul seperti ramalan. Karena keadaan berubah (seperti halnya orang berubah), kita perlu rencana dukungan untuk menghadapi sesuatu yang tak terduga. Di antara isu-isu yang mungkin memerlukan rencana darurat adalah kegagalan, perselisihan, pergantian pegawai, kinerja yang marginal, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan eksernal dan internal seperti ketersediaan sumber daya, bencana alam, dan sebagainya.
Dalam hal ini, salah satu kunci sukses adalah rencana darurat yang detail yang didasarkan pada kebutuhan. Rencana ini melibatkan sebuah analisa yang detail mengenai berbagai kecenderungan yang mungkin terjadi. Langkah ini mempertimbangkan tempat yang rendah dan jarak, personil dan formasi serta rasio keberhasilan. Dan ini juga melibatkan kecenderungan tertentu seperti “Apa yang dilakukan setelah menyelesaikan kegiatan dengan sukses dan sebaliknya” semua keadaan ini yang mungkin tidak terjadi, tapi anda perlu memiliki sebuah rencana yang siap jika hal itu terjadi.
Salah satu aspek rencana darurat yang harus diingat adalah bahwa orang dan organisasi adalah makhuk biasa. Meskipun mereka melakukan usaha yang bagus untuk menunjukkan sebuah profil yang berbeda pada awalnya, mereka biasanya akan kembali pada kecenderungan yang mereka miliki sebelumnya, pada saat menghadapi tekanan.
Pentingnya seorang pemimpin mempertimbangkan kebiasaan dan kecenderungan juga berlaku bagi organisasi maupun perorangan. Meskipun perorangan memiliki kecenderungan pribadi yang kuat, secara relatif organisasi dan prusahaan-perusahaan besar bahkan memiliki kecenderungan-kecenderungan yang jauh lebih kuat. Bahkan ketika kepemimpinan berubah pada level atas, jika perusahaan tersebut cukup besar, adalah sulit untuk mengubah kepribadian dari sebuah korporasi dalam waktu yang singkat, sebuah korporasi memerlukan waktu untuk sepenuhnya mengubah kebijakan-kebijakan operasional, praktek-praktek, dan prosedur-prosedurnya.

D. PENYESUAIAN
Seorang pemimpin yang handal, harus dapat merespon lingkungan sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang diinginkan. Untuk menafsirkan sebuah ungkapan jalanan yang umum, “apa yang terjadi?.” Sementara hidup tidak selalu memberi bunga mawar (bahkan jika pantas untuk mendapatkannya), anda masih memiliki kewajiban bagi anda sendiri, pada pengikut-pengikut anda, dan pada organisasi untuk bertindak dengan sikap bertanggungjawab. Anda harus mendekati setiap situasi dengan pikiran terbuka dan sikap ‘selesaikan’. Apapun situasinya, pada tingkat yang dapat dikerjakan, anda harus mampu dan memiliki kemauan untuk menyesuaikan perilaku dan tindakan anda dalam cara yang akan memposisikan anda menjadi sukses.
Salah satu aspek yang memaksa untuk melakukan pekerjaan adalah keadaan yang selalu berubah. Meskipun faktor eksternal yang berpengaruh cukup tetap, pandangan keseluruhan personil selalu dalam perubahan yang terus-menerus. Karena satu-satunya hal yang benar-benar tetap adalah bahwa segalanya berubah.
Sebagaimana apa yang akan dikatakan pemimpin korporasi, politik, atau militer manapun adalah penting untuk memiliki sebuah pemahaman yang kuat mengenai keadaan lingkungan persaingan dan apa yang dibutuhkan untuk sukses pada lingkungan tersebut.
Dunia bisnis memiliki kisah-kisah yang tak terhitung banyaknya mengenai produk-produk dan jasa yang benar-benar berbeda dalam hakikat dan sukses besar berkat kecakapan penilaian beberapa manager terhadap kesempatan-kesempatan yang unik yang mereka hadirkan. Terdapat studi kasus dalam jumlah yang sama mengenai hilangnya kesempatan pada dunia bisnis yang sama ketika kepemimpinan gagal untuk mempengaruhi situasi dan tidak dapat menyesuaikan pemikiran mereka terhadap keadaan sekitar. “Berpikir di luar kotak” adalah ungkapan poluler yang meringkas perspektif ini dengan sangat baik.
Sebagai seorang pemimpin, anda dinilai hanya dalam satu hal yaitu keberhasilan. Meskipun hal ini dipahami, dan bahkan diperkirakan bahwa orang-orang yang bekerja dengan mereka menekankan sebuah agenda pribadi, salah satu tanggungjawab yang anda miliki sebagai seorang pemimpin organisasi adalah untuk menyalurkan dan memfokuskan agenda-agenda tersebut menjadi satu, tujuan yang focus.
Sementara seorang pemimpin sebaiknya memiliki sebuah pendekatan filosofis yang menentukan dan tetap menuju jalan yang di rencanakan untuk menjalankan organisasi, termasuk sebuah tingkat antisipasi yang fleksibel yang memungkinkan seorang pemimpin dapat menyesuaikan terhadap perubahan situasi di sekitar sesuai keperluan.
Prinsip :
Rencana yang memadai adalah cara yang paling efektif bagi seorang pemimpin untuk mendekati masa depan.

P E M B A H A S A N
A. PERENCANAAN

Dalam suatu organisasi, perencanaan menempati urutan pertama yang berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi. Perencanaan harus dibuat sedemikian rupa, detail dan dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki. Selain dari pada itu perencanaan harus memperhatikan paradigma kekinian dan dapat diproyeksikan terhadap perkembangan masa depan. Perencanaan dapat dibuat dengan mudah, akan tetapi kadang perencanaan tidak dapat dijalankan dengan mudah hanya karena hal-hal kecil yang kadang tidak terperhatikan.
Detail sebuah perencanaan yang harus diperhatikan adalah bahwa perencanaan tersebut harus memenuhi syarat : (1) dapat dilaksanakan dengan mudah, (2) meliputi semua kepentingan organisasi, (3) dapat diterima oleh semua unsur, (4) menggambarkan tahapan-tahapan yang nyata, (5) mencakup sasaran-sasaran tertentu, (6) memperhatikan kondisi lingkungan, dan (7) berorientasi pada tantangan masa depan.
Keberhasilan sebuah perencanaan adalah kondisi dimana suatu rencana dapat dilaksanakan dengan mudah, memperoleh dukungan semua unsur dalam organisasi dan dapat menyatukan semua kepentingan didalamnya. Disadari bahwa organisasi terdiri dari individu-individu yang masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda. Sedikit saja, bila ada unsur yang tidak terwakili kepentingannya, maka hal yang sedikit tersebut akan menjadi kendala dalam pelaksanaan suatu rencana.
Keberhasilan menyusun suatu rencana tergantung pada kemampuan seorang pemimpin dalam menetapkan garis-garis besar kebijakan, mengendalikan seluruh aspek kegiatan serta menetapkan suatu tujuan organisasi. Pemimpin yang handal memiliki visi kedepan yang cemerlang dan universal, tetapi bukan visi yang tanpa perhitungan atau tanpa dasar yang kuat. Seorang pemimpin harus dapat meyakinkan kepada semua unsur yang dipimpin serta dapat menyatukan semua kepentingan, semua tujuan dan semua keinginan bawahan.
Perencanaan yang baik adalah sebuah rencana yang dapat dilaksanakan dengan mudah. Tertib suatu organisasi dapat dilihat pada susunan detail perencanaan kegiatan. Akan tetapi pada hal-hal tertentu sebuah rencana harus dipaksakan pelaksanaannya. Karena disadari bahwa hal yang baikpun bila tidak sesuai dengan kepentingan tertentu akan ditolak keberadaannya. Dalam hal ini pemimpin memegang peran yang besar. Jadi dapat dikatakan disini bahwa ketercapaian suatu organisasi adalah keberhasilan menyusun sebuah perencanaan dan keberhasilan dalam upaya melaksanakannya.

B. PELAKSANAAN SUATU RENCANA
Melaksanakan rencana adalah menjalankan kegiatan sesuai jadwal yang rinci melalui tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan. Untuk memulai suatu kegiatan selalu harus mempertimbangkan sumber daya yang ada (yang dimiliki). Berikan perhatian pada detail-detail dalam perencanaan. Tidak ada detail yang tidak penting. Beberapa detail mungkin lebih penting daripada yang lain, semuanya penting. Alasan mengapa beberapa pemimpin lebih efektif daripada yang lain adalah karena kemampuan lebih mereka untuk fokus pada detail-detail sesuai skala prioritas kepentingan dengan disesuaikan pada sumber daya yang ada (dimiliki).
Melaksanakan rencana adalah menjalankan fungsi organisasi, dengan selalu memperhatikan diskripsi tugas dari masing-masing unsur yang ada dalam struktur organisasi. Dalam struktur organisasi, tidak ada satu unsur yang lebih penting dari unsur yang lain, semua unsur saling terkait dan saling menunjang. Bila ada salah satu unsur yang mandek (jawa), disadari ataupun tidak unsur tersebut akan menjadi beban dari unsur yang lain.
Menciptakan sebuah organisasi yang efektif untuk mengerjakan suatu kegiatan tertentu tidaklah mudah. Pertentangan pada unsur-unsur tertentu dapat muncul kapan saja dan dimana saja dalam situasi apapun. Para pengikut mungkin memiliki perspektif yang berbeda dengan pimpinan. Disinilah peran seorang pemimpin diperlukan. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada bawahannya. Perbedaan dan pertentangan harus dipandang sebagai suatu sumber daya yang dapat dipakai dalam menentukan langkah-langkah kebijakan kedepan. Sehingga ada kemungkinan harapan-harapan dari organisasi akan berubah sesuai dengan perubahan paradigma.
Jika dalam organisasi memerlukan seorang individu yang memiliki kemampuan khusus untuk tugas tertentu yang bersifat khas, maka tugas pimpinan adalah memilih orang yang tepat yang dibutuhkan dengan mencocokkan kecakapan individu tersebut sesuai tugasnya dalam organisasi. Jika pelatihan khusus akan memberi sumbangan pada kemampuan kinerja dalam menjalankan tugas mereka maka pimpinan harus mengaturnya. Yang paling penting untuk diingat adalah pentingnya komunikasi, koordinasi, dan kerja sama untuk meningkatkan kemungkinan rencana akan terlaksana dengan sukses.
Sistem pengorganisasian staf sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan seorang pemimpin. Menurut Ki Hajar Dewantoro, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan : (1) keteladanan – “Ing ngarso sung tulodo”; (2) motivasi – “Ing madyo mangun karso”; (3) dorongan moril – “Tut wuri handayani” (4) kepribadian yang kuat – “Meneng ing solah bowo; (5) berfikir positif – “Wening ing pikir manungku pujo; (6) jujur dan dapat dipercaya – “Dumunung kasunyatan” (7) pengorganisasian staf dan pembagian kewenangan – “Wenang ing jumenengan”. Secara legowo “berikan tugas pada ahlinya” artinya kewenangan melaksanakan tugas harus disesuaikan dengan keahlian masing-masing personil. Pepatah populer mengatakan “the rihgt man in the right place” Bila suatu tugas atau kegiatan tidak diberikan pada ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya.

C. KEGAGALAN SUATU RENCANA
Kemungkinan kegagalan sebuah rencana bisa saja terjadi dalam suatu organisasi. Seorang pemimpin yang jeli selalu memiliki rencana kedua sebagai alternatif yang terbaik. Suatu alternatif bila terjadinya kegagalan harus sudah dipersiapkan dan direncanakan. Kesiapan memperoleh kesuksesan adalah kesiapan menghadapi kegagalan.
Kegagalan sebuah rencana akan merubah arah kebijakan ornagisasi. Pemimpin yang handal akan dengan cepat dan cerdik merubah arah kebijakan organisasi tanpa membuat keresahan pada staf. Pemimpin selalu memiliki alternatif-alternatif lain sebagai jalan keluar.
“Gagal dalam bersiap berarti bersiap untuk gagal”

Terima kasih…….

Sumber :
Brian Billick, James A. Peterson, Ph.D,
Competitive Leadership, Twelve Principles for Success
Triumph Books, Chicago
Chapter 3

Tidak ada komentar: