Kamis, 24 Februari 2011

MENGAPA ORANG JERMAN CENDERUNG BER-DISIPLIN


MENGAPA ORANG JERMAN CENDERUNG BER-DISIPLIN

Sebuah pertanyaan sering muncul: „Mengapa orang Eropa (Bule) itu berdisiplin dan memiliki etos kerja yang tinggi?“ Lalu „Benarkah orang Eropa itu selalu disiplin?“ Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya mencoba menghubung-hubungkan kebiasaan Orang Jerman, kondisi lingkungan dan keadaan alam (iklim) yang ada disana, sesuai dengan pengalaman yang pernah saya alami selama 1 (satu) tahun tinggal di Jerman.


Dari banyak hal yang mempengaruhi kebiasaan sehari-hari orang Jerman, dalam tulisan ini saya akan mengulas mengenai 3 (tiga) hal yang berpengaruh dengan kebiasaan orang Jerman terutama dalam pembentukan kebiasaan disiplin, paling tidak menurut pengamatan saya, yaitu:


1. Tidak boleh lupa Kunci

Orang Jerman biasanya kemana-mana selalu membawa kunci baik itu kunci rumah maupun kunci kantor tempat bekerja, tentu selain kunci-kunci lain seperti kunci locker, kunci mobil, dll yang diperlukan. Mengapa kunci rumah atau kunci kantor begitu penting? Kunci rumah (apartemen) pada umum-nya hanya satu, tapi serba guna. Pada saat saya tinggal di kota Saarbrücken, tepatnya di CDC-Hause, saya diberi satu kunci yang fungsinya bisa untuk membuka pintu gerbang masuk dan sekaligus pintu kamar. Teman yang lain juga sama, memperoleh satu kunci dengan fungsi yang sama. Tetapi meskipun sama-sama bisa untuk membuka pintu gerbang, kunci saya tidak bisa untuk membuka pintu kamar teman saya dan begitu pula sebalik-nya. Selain dari pada itu, kita tidak boleh lupa bahwa kalau kita keluar kamar, kita harus membawa kunci sebab bila kunci tertinggal didalam, maka alamat bahwa kita tidak akan bisa masuk kamar lagi, kecuali mengundang tukang kunci yang biayanya berkisar 60 s.d. 80€ (sekitar Rp. 800.000,-) Begitu juga dengan kunci kantor. Sehingga, kemana pun kita pergi, kita harus selalu ingat bahwa kunci rumah atau kunci kantor harus berada di dalam saku atau tas pinggang yang selalu melekat dibadan kita. Bila kunci tertinggal didalam kamar atau ruang kerja, sedang pintu sudah terlanjur ditutup, maka berarti kita tidak bisa masuk kamar atau tidak bisa masuk ruang kerja, berarti uang Rp. 800.000,- harus melayang percuma untuk memanggil tukang kunci, atau kita akan tidur kedinginan diluar rumah dengan kondisi suhu diluar rumah yang rata-rata dibawah 10 derajat Celsius.


2. Semua kegiatan berpatokan pada Jam (Waktu)

Pada puncak musim panas di Jerman matahari terbit pukul 04.00 pagi dan terbenam pada pukul 22.00 malam. Pagi hari kebiasaan saya sebagai orang Indonesia, setelah matahari terbit tidak bisa tidur lagi. Dan malam, sebelum matahari terbenam, rasanya sulit untuk bisa tidur. Padahal kalau kita keluar rumah, bila kebetulan jam 20.00 bertemu orang lain dan memberi salam, maka kita akan mengatakan „Guten Abend“ atau selamat malam. Padahal pada saat itu matahari masih terasa terik dan menyilaukan. Sedang pada puncak musim dingin, matahari terbit pada pukul 08.00 pagi dan terbenam pada pukul 16.00 sore. Lagi-lagi sebagai orang Indonesia, jam 06.00 pagi, sebelum matahari terbit, mata ini sulit dibuka, rasanya masih ingin tidur saja. Dan pada jam 16.00, matahari sudah terbenam, suasana malam sudah terasa, namun bila kita mengucap salam kepada orang lain yang kita temui, kita masih mengatakan: „Guten Tag“ atau selamat siang. Jadi boleh dikatakan bahwa matahari bukanlah menjadi patokan. Ada atau tidak ada matahari, bila kita harus mulai kerja atau kuliah misal: jam 07.00 pagi, maka pada jam yang ditentukan kegiatan harus sudah dimulai. Semua berpatokan pada jam, sehingga meskipun suasana masih gelap pada pagi hari, kehidupan harus sudah dimulai. Karenanya sebagai orang muslim, kadang kami harus sholat Subuh di Bus/Trem, karena kami harus berangkat kuliah sebelum waktu Subuh tiba. Begitu pula pada malam hari pada musim panas, meskipun matahari belum terbenam kadang kita harus sudah berangkat tidur dengan memasang Alarm yang akan berdering membangunkan kami pada saat waktu sholat Maghrib tiba.


3. Pengaruh musim dingin (Salju)

Pada umumnya orang Jerman berangkat atau pulang kerja menggunakan kendaraan umum Bus dan Kereta Listrik atau „Trem“ (U-Bahn atau S-Bahn). Jadwal kedatangan atau keberangkatan Bus atau Trem sangat rigit dan tepat waktu. Untuk itu kita harus mengatur waktu sejak keluar rumah – jalan kaki menuju Halte – naik kereta/bus – dan jalan kaki menuju tempat yang dituju. Semua harus diatur, bahkan berapa waktu yang dibutuhkan dari rumah sampai ke tempat yang dituju harus diatur, sehingga kita tidak perlu menyia-nyiakan waktu berdiri berlama-lama di Halte untuk menunggu Bus/Trem. Jadwal kereta atau bus pun harus selalu diingat kalau kita tidak ingin ketinggalan. Lalu apa hubungannya dengan „Musim Dingin atau Musim Salju“. Pada musim salju, permukaan tanah tempat kita berpijak, biasanya berlapis es atau salju yang sudah mengeras sampai setebal 2 atau 3 Cm. Suhu luar rata-rata 2 s.d. 4 derajat pada pagi hari, suhu yang terasa sangat dingin untuk berada diluar rumah. Untuk itu, pada saat kita ingin keluar rumah baik untuk kerja, kuliah atau belanja, kita harus benar-benar menghitung waktu yang akan kita tempuh dalam perjalanan. Kalau teledor, dan ketinggalan Bus/Trem, kita akan berada di Halte untuk menunggu Bus berikutnya selama 10 menit atau bahkan lebih dalam suasana dingin dan beralaskan es atau salju yang sudah mengeras. Bisa kita bayangkan, kita bisa membeku hanya karena salah perhitungan yang mungkin hanya dalam hitungan menit atau bahkan detik.


Dari uraian diatas, bisa kita pahami bahwa kunci rumah, terbit/terbenamnya matahari dan keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap kebiasaan hidup orang Jerman, terutama dalam kebiasaan hidup teratur dan tepat waktu. Semakin besar tantangan hidup seseorang semakin membuatnya survive, yang ditunjukkan dengan etos kerja dan kedisiplinan. Orang Jerman tertib dan disiplin mengatur diri sendiri karena tidak mau mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Orang Jerman terbiasa mandiri dan tidak mau bergantung pada orang lain. Kebiasaan itu menjadi suatu karakter yang membudaya, dan menjadi tatanan hidup atau kultur mereka. Maka tidak heran kalau orang Jerman atau Bule (Orang Eropa) memiliki kebiasaan teratur, disiplin dan memiliki etos kerja yang tinggi. Kenapa? Karena keadaan iklim kultur yang berkembang disana mengharuskan demikian. Sebenarnya kita orang Indonesia juga bisa hidup teratur dan disiplin. Sebagai muslim, kita punya aturan waktu sholat yang baku. Sholat lima waktu bisa membuat kita hidup teratur dan disiplin. Hanya kemauan kita yang telah dimanjakan oleh alam ini lebih sering terlena dengan keadaan kemudahan dan kemurahan alam. Mari kita coba membiasakan tepat waktu, maka kita akan biasa dengan hidup tertib dan disiplin. Semoga!!!


Sri Bagus DARMOYO

Bidang Dikmen Dinas Dikpora Kabupaten Kendal


Sabtu, 08 Januari 2011

SUKSES UJIAN NASIONAL


KIAT SUKSES UJIAN NASIONAL


Apa yang harus dilakukan oleh seorang siswa agar dapat memastikan diri lulus Ujian Nasional, paling tidak memprediksi hasil Ujian-nya. Sepertinya akan sulit memprediksi hal itu, bagaikan tebak-tebak kancing baju, atau tebak suara tokek – lulus-tidak-lulus-tidak – dst. Mengapa? Kita tahu bahwa yang mengoreksi hasil Ujian itu adalah makhluk yang tidak mempunyai perasaan yaitu makhluk yang bernama „komputer“. Bahkan anak yang pandai atau bintang kelas pun ada kemungkinan tidak lulus hanya karena salah dalam mengisi Lembar Jawab komputer atau LJK. Lalu apa yang harus kita lakukan?


Paling tidak ada tiga hal yang perlu dipersiapkan agar kita bisa memastikan bahwa jawaban kita benar, dan bisa dibaca oleh komputer dengan baik, yaitu:


Pertama: Menggunakan Pinsil 2B yang benar.

Kita harus menggunakan pinsil 2B yang benar-benar 2B yang menjadi konsumsi yang pas untuk komputer sebagai alat koreksi. Jangan gegabah dengan pinsil 2B yang dijajakan disembarang tempat, yang kadang harganya sangat murah. Hati-hati dengan barang palsu, karena secara tidak sadar kita bisa terjebak oleh tangan-tangan nakal yang akan mencoba menggagalkan (mengacaukan) pelaksanaan Ujian Nasional dengan mengedarakan pinsil 2B palsu.


Kedua: Melakukan penghitaman bulatan LJK secara benar.

Kita harus benar dalam melakukan penghitaman bulatan-bulatan pada LJK, sesuai dengan alternatif jawaban yang kita pilih. Kenapa harus benar, karena kalau kita dalam menghitamkan bulatan tidak penuh, maka komputer tidak akan menbaca dengan benar. Demikian pula kalau kita menghitamkan secara sembarangan sampai keluar bagian yang dilingkari, atau bahkan sampai lembar LJK-nya rusak, maka hasilnya bisa fatal.


Ketiga: Tepat memilih jawaban sesuai permintaan soal.

Kita harus tepat dalam memilih alternatif jawaban sesuai dengan permintaan soal dan mengisikan jawaban tersebut ke LJK dengan benar (sebagaimana persyaratan kedua). Persyaratan ketiga ini hanya bisa ditempuh dengan belajar secara benar, banyak membaca dan latihan soal-soal baik mandiri maupun melalui bimbingan. Persyaratan ketiga ini tentunya sudah dipersiapkan secara terus-menerus selama 3 (tiga) tahun selama menjadi siswa di sekolah. Hanya saja kadang kita tidak sadar bahwa pembelajaran kelas 1 pun sebenarnya adalah merupakan dasar untuk menghadapi Ujian Nasional di kelas 3 nantinya.


Bila ketiga persyaratan tadi telah terpenuhi, maka bisa dipastikan setelah mengikuti Ujian Nasional, kita akan merasa tenang dan menunggu hasil Pengumuman Ujian Nasional tanpa merasa was-was. Selanjutnya tinggal hal-hal non teknis yang harus kita lakukan seperti: (1) Berdoa sebelum melaksanakan Ujian; (2) Sarapan sebelum berangkat ke Sekolah; (3) Mohon restu dari Orang tua; (4) Berangkat lebih pagi dari hari-hari biasa; dan hal-hal lain yang bersifat normatif. Selanjutnya bila persyaratan-persyaratan tadi telah terpenuhi, maka kita tidak perlu lagi menyontek atau menunggu SMS dari orang yang tidak bertanggung jawab, yang kadang bisa lebih menjerumuskan kita. SMS jawaban Ujian Nasional itu adalah perbuatan dari orang-orang yang memanfaatkan ketidak percayaan diri siswa untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, dan tidak bisa dipertanggung jawabkan.


Demikian tulisan ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah rasa percaya diri dalam menhadapi Ujian Nasional yang akan diselenggarakan dalam waktu yang tidak lama lagi. Semoga sukses menyertai anda, Amiiiieeeennnn!!!


Sri Bagus DARMOYO

Bidang Dikmen Dinas Dikpora Kabupaten Kendal


Jumat, 07 Januari 2011

RENUNGAN UNTUK ORANG TUA SISWA


RENUNGAN UNTUK ORANG TUA SISWA

(Dalam Menghadapi Ujian Nasional)

Ada orang tua yang kebingungan melihat anak-nya begitu resah menghadapi Ujian Nasional. Anak-nya sulit tidur, susah makan dan tidak bisa belajar dengan baik. Kemudian pada suatu hari sepulang dari kantor, orang tua tersebut membawa sebuah pinsil 2B yang dibungkus dengan kain putih. Sampai dirumah pinsil tersebut diberikan kepada anak-nya sambil memberi nasehat:

„Hai anak-ku, ini aku bawakan untukmu sebuah pinsil dari orang tua, untuk persiapan kamu menghadapi Ujian Nasional. Gunakan pinsil ini hanya pada saat kamu mengikuti Ujian Nasional. Tapi ada syarat-nya, yaitu: pinsil ini tidak akan ada gunanya bila kamu (1) tidak percaya diri, (2) tidak mau usaha, dan (3) tidak berlatih dan belajar dengan benar. Untuk itu mulai hari ini kamu harus istirahat yang cukup dan pada setiap kesempatan kamu harus belajar dengan baik. Ajak teman-teman-mu belajar bersama, tapi jangan sampaikan kalau kamu memiliki pinsil ini“.

Anehnya mulai hari itu anak-nya lebih tenang, lebih rajin beribadah dan rajin belajar dan yang jelas lebih ceria. Barangkali anak tersebut sudah (seolah-olah) memperoleh jaminan bahwa dia akan lulus Ujian Nasional. Kemudian timbul rasa percaya diri yang besar, sehingga apa yang dia kerjakan serasa bermakna. Maka hari-harinya dia isi dengan kegiatan yang bermakna dan belajar dengan benar.

Dari cerita itu dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa seorang anak memerlukan perhatian, rasa aman, motivasi, pengakuan dan dukungan dari orang-orang yang dicintai untuk bisa melakukan sesuatu dengan baik dan benar menurut ukuran-nya. Seorang anak punya ukuran sendiri untuk sesuatu yang dia kerjakan. Tugas orang tua tentunya mengarahkan agar apa yang dilakukan oleh anak tidak salah jalan.

Kadang kita sebagai orang tua mengharapkan sesuatu yang besar yang menurut ukuran seorang anak menjadi suatu beban yang sangat berat. Orang tua sering hanya menuntut, memerintah dan bahkan memaksakan sesuatu sesuai dengan ukuran-nya sendiri. Hal inilah yang perlu dihindari dan perlu dimengerti oleh para Orang tua. Rasa dihargai atas apa yang telah dicapai oleh anak dapat memberikan motivasi untuk mencapai prestasi-prestasi lain yang mungkin lebih besar, lebih hebat bahkan mungkin akan membawa anak itu kepada kesuksesan dimasa yang akan datang.

Kembali pada cerita pinsil tadi, bahwa sebenarnya pinsil tersebut hanyalah rekayasa orang tua. Pinsil tersebut sama saja dengan pinsil yang lain yang dijual di toko-toko alat tulis dipinggir jalan. Hanya bedanya, pinsil tersebut diberikan pada saat yang tepat dengan dibumbui dengan nasehat yang tepat, dimana anak tersebut sedang mencari pegangan dan perhatian orang tua dalam menghadapi kesulitan-nya…

Mari kita renungkan…, sudah-kah kita melakukan sesuatu yang terbaik untuk anak kita? Kalau belum mari kita mulai saat ini dan mulai dari diri kita. Semoga berhasil…

Sri Bagus DARMOYO

Kepala Bidang Dikmen

Dinas Dikpora Kabupaten Kendal